Situbondo-Menulis, apapun bentuknya berarti mengabadikan kehidupan pelakunya. Menulis berarti mengabadikan pemikiran karena karya warisan penulis akan terus dijadikan referensi oleh segala generasi.
Jadi kalau kita kelak meninggalkan dunia fana ini, tulisan kita tetap ada. Itu yang saya maksud mengabadikan kehidupan, kata pakar sastra dari Ponorogo Dr Sutejo pada workshop kepenulisan dalam ajang Muktamar Sastra Nusantara di Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (20/12).
Dosen sastra pada STKIP PGRI Ponorogo, Jawa Timur inikemudian mengutip pernyataan sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer yang mengatakan, sepandai apapun seseorang tidak akan ada artinya jika tidak mengabadikan karyanya dalam bentuk tulisan.
Penggagas Sekolah Literasi Gratis (SLG) Ponorogo itu lantas membuka kunci agar para santri dan generasi muda lainnya, memiliki kemampuan menulis, yakni KM sama dengan L kali N. KM artinya kemahiran menulis, L itu latihan dan N jumlah dari L yang tidak terhitung.
Tapi kita jangan fokus di berapa kalinya latihan. Fokus saja pada latihan yang terus menerus itu. Nanti kemampuan atau kemahiran akan muncul, kata penulis produktif yang menghasilkan karya artikel dan fiksi ini.