SURABAYA-Jumlah balita stunting atau kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang di Kota Surabaya, Jawa Timur, di tahun 2019 sekitar 15 ribu balita.
Jumlah itu dinilai menurun dibanding tahun 2018 yang mencapai 16 ribu anak.
Penyebabnya karena kekurangan gizi kronis, kemudian disertai penyakit lainnya. Pada saat masih bayi, bila ukuran kurang dari 47 centimeter, kita harus curiga, dan segera didampaingi agar tidak menjadi kerdil, kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rahmanita, di Surabaya, Minggu (23/12).
Pencegahan stunting, sambung Febria, dimulai di masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) karena masa tersebut merupakan masa kritis, dimana anak balita membutuhkan gizi dan perilaku hidup sehat lingkungan sekitar.
Namun, sebelumnya bagi calon pengantin mendapatkan pendampingan dari puskesmas, hingga mendapatkan sertifikat layak nikah.