Batik Tak Sekadar Kain Bermotif
SURABAYA-Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa menilai batik, sebagai warisan budaya bangsa, lebih dari sekedar kain bermotif.
"Batik merupakan identitas sekaligus alat pengikat dan perekat persatuan bangsa. Ada cerita di setiap goresan, warna, dan ornamennya," kata Khofifah bertepatan dengan Hari Batik Nasional Tahun 2019, di Gedung Negara Grahadi, Rabu (02/10).
Menurutnya dalam setiap batik pasti memiliki makna filosofis dan nilai historisnya masing-masing.
"Pun dalam proses pembuatan ornamen, harmonisasi warna, dan lain sebagainya. Pendeknya, setiap batik punya cerita yang menarik untuk disimak. Bahkan saya lebih tertarik saat sang pembatik cerita alur cerita batiknya,” jelasnya.
Orang nomor satu di Jatim ini mengaku kerap menyempatkan ke sentra pengrajin batik dan membelinya saat kunjungan ke berbagai derah.
"Tidak cuma dikoleksi, tapi juga saya pakai untuk berbagai agenda kegiatan yang saya hadiri,” ungkapnya.
Mantan Menteri Sosial ini juga menyimpan sejumlah batik nusantara yang dia tempatkan dalam tempat khusus. Bahkan, ada beberapa kain batik tak dijahit, hanya untuk dikoleksi.
Menyinggung batik khas Jawa Timur, gubernur menyebut sedikitnya terdapat delapan kabupatenpenghasil batik yaitu, Madura, Tulungagung, Mojokerto, Sidoarjo, Ponorogo, Banyuwangi, dan Tuban.
Delapan kabupaten penghasil batik tersebut memiliki kekhasan masing-masing, baik dari sisi corak maupun motifnya.
“Pemprov berupaya mengangkat pamor batik asal Jatim tidak hanya di level nasional, namun juga luar negeri dengan peningkatan mutu produk. Ayo support mereka dengan membeli dan memakai produknya,” pungkas Khofifah.
Diketahui, Unesco sendiri telah menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 silam.