Biang Kerok Tingginya Inflasi di Kota Malang
Malang-Inflasi Kota Malang, Jawa Timur, pada Maret 2019 merupakan yang tertinggi dibanding bulan yang sama dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Inflasi di Kota Malang tersebut didorong kenaikan pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,66%, diikuti kelompok bahan makanan sebesar 0,22%, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,09%.
"Jika dibandingkan dengan kota lain di Jawa Timur, Kota Malang merupakan yang tertinggi. Begitu juga jika dilihat dari empat tahun terakhir pada bulan yang sama," Kepala BPS Kota Malang Sunaryo, dalam jumpa pers di Kantor BPS Kota Malang, Senin (01/03).
BPS mencatat tingkat inflasi Kota Malang pada Maret 2019 sebesar 0,36 persen atau tingkat inflasi tertinggi jika dibandingkan dengan delapan kota besar lainnya di Jawa Timur.
Tercatat, pada 2018, pada Maret terjadi inflasi sebesar 0,12%, dan pada 2017 bahkan terjadi deflasi sebesar 0,09%. Sementara pada Maret 2016, Kota Malang mengalami inflasi 0,02%.
Kelompok pengeluaran lain yang mendorong terjadinya inflasi Kota Malang adalah kelompok kesehatan sebesar 0,09%, kelompok sandang 0,06%.
Sementara untuk perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami deflasi sebesar 0,04%.
Kota lain di Jawa Timur yang mengalami inflasi adalah, Banyuwangi sebesar 0,17%, Kota Kediri sebesar 0,16%, Kota Surabaya 0,15%, Madiun sebesar 0,14%.
Sementara kota lain seperti Jember mengalami deflasi sebesar 0,06%, Sumenep deflasi 0,07%, dan Probolinggo deflasi 0,12%.
Secara kumulatif, inflasi yang terjadi di Kota Malang sebesar 0,47% merupakan yang tertinggi kedua setelah Banyuwangi yang tercatat sebesar 0,48%. Kota Madiun tercatat sebesar 0,38%, Kota Surabaya 0,36%, dan Kediri sebesar 0,22%.
Sementara untuk jember secara kumulatif mengalami deflasi sebesar 0,07%, Sumenep 0,12%, dan Probolinggo sebesar 0,14%.
Secara Year on Year (YoY), inflasi Kota Malang tercatat sebesar 2,46%. (Ant)