Dinkes Jatim imbau masyarakat jaga pola makan pasca lebaran
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Ingatkan Masyarakat Agar Jaga Pola Makan Setelah Lebaran
Hari Raya Idulfitri adalah salah satu perayaan besar keagamaan yang terhubung erat dengan perjalanan pulang, pertemuan keluarga, dan menikmati hidangan khas Lebaran yang biasanya berlemak dan manis.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur hingga 3 April 2025, penyakit yang paling umum dialami masyarakat setelah lebaran meliputi demam, gastroenteritis atau diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut).
"Penyakit pasca-Lebaran ini, sering berkaitan dengan perubahan pola makan, aktivitas dan gaya hidup. Oleh karena itu, kami menghimbau kepada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan serta dapat melakukan cek kesehatan gratis yang tersedia di pos-pos kesehatan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Erwin Astha Triyono, dalam pernyataan persnya pada Minggu (7/4).
Erwin juga menjelaskan, demam adalah kondisi di mana suhu tubuh seseorang meningkat melebihi batas normal. Demam bisa muncul sebagai bagian dari reaksi inflamasi yang disebabkan oleh infeksi. Salah satu infeksi yang harus diperhatikan saat ini adalah demam berdarah.
Sementara itu, diare didefinisikan sebagai frekuensi buang air besar yang lebih dari tiga kali sehari, yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja, dari lembek hingga cair, dan berlangsung kurang dari tujuh hari.
Secara umum, diare menyebar melalui jalur fecal oral, di mana patogen, seperti virus, bakteri, atau parasit, berpindah dari tinja individu yang terinfeksi ke mulut orang lain.
Langkah pencegahan yang efektif terhadap diare meliputi penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), antara lain dengan memberikan ASI serta makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih yang cukup, dan menjaga kebersihan diri, terutama dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada momen penting, seperti setelah buang air besar dan/atau buang air kecil, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan atau minum, dan setelah kontak dengan hewan atau objek yang kotor.
Selanjutnya, mengelola pangan dengan cara yang benar dengan mencuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi, mengonsumsi air yang telah dimasak, serta memilih makanan yang bersih dan terjaga kebersihannya. Selain itu, pembuangan tinja bayi juga harus dilakukan dengan cara yang benar.
Erwin menambahkan, perhatian juga harus diberikan pada penyakit ISPA yang menjadi kondisi ketiga tertinggi pasca lebaran. ISPA adalah infeksi akut yang dapat menyerang satu atau lebih bagian dari saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga alveoli, termasuk bagian-bagian penyertainya (sinus, rongga telinga tengah, pleura), yang diakibatkan oleh lebih dari 300 jenis mikroorganisme. Balita termasuk ke dalam kelompok yang rentan terhadap ISPA.
"Untuk mencegah ISPA pada balita, maka kita harus jauhkan balita dari penderita batuk, kemudian berikan imunisasi lengkap, berikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, berikan makanan cukup gizi dan seimbang serta jauhkan Balita dari asap (rokok, asap dapur, asap kendaraan), debu, serta bahan-bahan lain yang mengganggu pernapasan," pesannya.
Lebih lanjut, Erwin mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, memastikan ventilasi yang memadai, serta rutin mencuci tangan menggunakan sabun atau antiseptik.
Erwin juga menekankan, selain penyakit menular, peningkatan kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes melitus juga harus diwaspadai. Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik di atas atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik di atas atau sama dengan 90 mmHg.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipertensi meliputi adanya riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga, pola makan dan asupan garam, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, masalah kadar lipid, serta kurangnya aktivitas fisik.
Di sisi lain, diabetes melitus adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang muncul akibat gangguan sekresi insulin, fungsi insulin, atau kombinasi keduanya.
Pengukuran glukosa plasma secara acak yang mencapai ≥ 200 mg/dL mengindikasikan adanya diabetes. Beberapa faktor risiko yang memengaruhi termasuk merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas, dan faktor keluarga yang mencakup penyakit diabetes melitus dan gangguan endokrin lainnya.
"Untuk mencegahnya, kita hanya perlu melakukan CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet gizi seimbang dengan menghindari konsumsi makanan berlebihan dan memperbanyak asupan serat, buah, dan sayur, Istirahat cukup serta Kelola stres," ungkap Erwin.
"Bagi yang sudah menyandang hipertensi atau diabetes melitus, maka minum obat secara rutin dan periksakan kesehatan secara berkala, serta menghindari faktor risiko," tutur Erwin.
Komentar