Guru Besar Unair Imbau Tak Perlu Khawatirkan Cacar Monyet
SURABAYA-Guru Besar Virologi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, Prof Suwarno mengimbau masyarakat Jawa Timur tidak perlu terlalu khawatir dan tetap mewaspadai cacar monyet.
Pasalnya, Dinas Kesehatan Jawa Timur belum menemukan keberadaan inang dari virus tersebut.
“Biasanya, penderita monkeypox dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 14 sampai 21 hari. Tapi bisa berakibat fatal jika pasien mengalami infeksi sekunder atau komplikasi,” kata Prof Soewarno, Selasa (28/05).
Dia menjelaskan, persentase kasus cacar monyet berakibat fatal hanya sebesar satu hingga sepuluh persen, dan sebagian besar di antaranya terjadi pada kelompok usia dini usia 9 hingga 15 tahun.
“Baru pada tahun 2003 meluas ke Amerika (47 kasus), tahun 2018 menuju Inggris (3 kasus) dan Israel (1 kasus), serta tahun 2019 di Singapura ini,” kata penemu spray flu burung ini.
Sebelum cacar monyet, sambung Prof Soewarno, dunia dikejutkan oleh munculnya penyakit cacar pada manusia atau variola.
"Jika menginfeksi kulit, tingkatannya dalam dan akan meninggalkan bekas berupa bopeng. Tetapi sudah berhasil dibasmi sejak 1970-an. Jadi ada semacam hubungan tertutup juga antara keduanya,” jelas alumnus FKH UNAIR tahun 1987 itu.
Diketahui, Virus monkeypox (MPV) merupakan anggota dari genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae. Mirip dengan variola (cacar manusia), vaccinia (virus anak sapi), cowpox (virus sapi dewasa) dan camelpox (virus unta).
Ukurannya mencapai 140-260nm, dengan panjang 220-450nm, beramplop, sedikit pleomorfik, inti berbentuk halter dengan lateral tubuh, simetri kompleks dengan genom linier dan memiliki panjang genom 196.858bp.