Jeritan Petani Cengkih Madiun

Jeritan Petani Cengkih Madiun Petani cengkih (Flickr.com).

MADIUN-Sejumlah petani cengkih Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengeluhkan anjloknya harga cengkeh pada saat musim panen tahun ini.

Penjualan hasil panen petani cengkih belum dapat menutup tingginya biaya perawatan tanaman dan biaya petik petani setempat.

Selain harga jatuh, petani juga dipusingkan dengan serangan penyakit pada pohon cengkih akibat virus.

Akibatnya, tanaman yang terserang menjadi kering, tidak berbunga, dan lama kelamaan mati.

"Harga jual cengkih saat ini turun drastis. Cengkih kering sekarang berkisar Rp60.000 hingga Rp78.000 per kilogramnya, padahal sebelumnya bisa mencapai Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram," ujar salah satu petani cengkih di Desa Bodag, Kecamatan Kare, Sugeng, Selasa (09/07).

Sedangkan, untuk cengkih basah hanya dihargai Rp20.000 hingga Rp23.000 per kilogramnya. Kondisi tersebut membuat para petani cengkih mengalami kerugian hingga jutaan rupiah.

Di sisi lain, pemerintah belum menetapkan harga standar dari komoditas cengkih. Sehingga harga dengan mudah dipermainkan oleh pasar ataupun pedagang tengkulak.

Menanggapi kondisi tersebut, Kasi Perkebunan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun M Yasin mengatakan kondisi harga yang anjlok disebabkan stok cengkih di pasaran yang melimpah, seiring memasuki musim panen.

"Saat ini di wilayah Madiun dan juga daerah lainnya sedang sama-sama masa panen cengkih. Sehingga pasokan cengkih banyak di pasaran dan harganya turun," kata Yasin.

Untuk itu, pihaknya mengimbau para petani cengkih agar pandai mengatur waktu jual yang tepat.

Yasin menganjurkan para petani tidak langsung menjual cengkihnya sekaligus. Namun bisa menyimpannya terlebih dahulu sambil melihat harga pasar.

Seperti diketahui, cengkih merupakan satu dari beberapa komoditas perkebunan di Kabupaten Madiun.

Sentra perkebunan cengkih di Kabupaten Madiun terdapat di Kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, dan Gemarang. (Ant)