Kasus 'Stunting' di Madiun Nyaris Seribu
MADIUN-Kasus stunting atau balita gagal tumbuh yang ditangani Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, Jawa Timur, saat ini mencapai 995 anak.
"Kasus stunting yang ditangani di kota Madiun sejauh ini ada 995 balita. Kita terus berupaya angka itu tidak bertambah dan jangan sampai muncul lagi kasus baru. Yang terpenting itu 1.000 hari pertama kehidupan, jadi sembilan bulan di kandungan sampai anak usia 2 tahun," kata Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes dan KB) dr Agung Sulistya Wardani dalam kegiatan Sosialisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Gedung Diklat Kota Madiun, Kamis (03/09).
Stunting, kata Agung, harus dicegah dan segera ditangani karena bisa memperngaruhi pertumbuhan otak dan ketahanan tubuh anak.
Menekan angka stunting tersebut, pihaknya menggulirkan program pencukupan gizi, imunisasi, jambanisasi, kampung KB, program keluarga harapan, posyandu, hingga kampanye gemar makan ikan.
BACA JUGA: Pemerintah Desa Berperan Penting Cegah 'Stunting'
Upaya lainnya adalah melakukan pendampingan sejak dini, pemberian tablet penambah darah secara rutin ada remaja putri usia SMP-SMA, dan memberikan penyuluhan kepada calon pengantin perempuan serta melakukan pengawasan terhadap ibu hamil.
"Pengwasan dan pemantau berlanjut dilakukan saat ibu melahirkan hingga anak usia dua tahun. Pemenuhan gizinya harus seimbang," ujarnya.
Senada disampaikan Wali Kota Madiun, Maidi dengan meningkatkan perhatian dalam aspek gizi anak, sejak sebelum hamil, dalam kandungan, hingga setelah melahirkan.
"Saat ini yang menjadi fokus perhatian adalah stunting. Saya imbau kepada OPD terkait untuk saling bersinergi hingga anak stunting di Kota Madiun berkurang dan tidak ada lagi," ujar Maidi.
Untuk diketahui faktor balita mengalami stunting 30 persen karena sisi kesehatan berupa kurangnya pemenuhan dan pemantauan terhadap gizi saat ibu hamil. Sedangkan 70 persen sisanya multifaktor, termasuk kondisi lingkungan rumah. (Ant)