Kawasan Tambang Emas Tumpang Pitu, Banyuwangi/Foto: twitter.com
Banyuwangi - Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menyangkan sikap aparat kepolisian dan Satpol PP yang dinilai telah melakukan kekerasan terhadap Nuraini hingga jatuh pingsan.
Nuraini nekat menerobos kerumunan menuju Kapolda dan Bupati Banyuwangi saat aksi menolak tambang emas Tumpang Pitu di Banyuwangi, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
"Kiara menyayangkan sikap negara, baik itu KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) maupun para pejabat negara yang seakan-akan tutup mata dengan kasus kekerasan ini," kata Sekretaris Jenderal Kiara, Susan Herawati kepada Jatimpos.id, Selasa (08/01/2019).
Aktivis perikanan itu mengatakan hampir setiap hari warga setempat turun ke jalan untuk menolak tambang dan kriminalisasi warga. "Apa yang terjadi kemarin itu adalah wajah kekerasan dan intimidasi yang dialami warga," ujarnya.
Saat ini, kata Susan, Kiara sedang menampung video dokumenter tentang Tumpang Pitu tersebut. "Kami masuk dalam Koalisi Tekad Garuda, bareng dengan kawan-kawan (Aktivis) Kruha, YLBI, dll," pungkas susan.
Melalui akun instagramnya, KIARA juga memposting potongan video yang memuat tubuh sosok perempuan paruh baya penolak tambang emas Tumpang Pitu tergeletak. Perempuan yang disebut bernama Nuraini yang menerobos kerumunan menuju Kapolda dan Bupati Banyuwangi.
KIARA menyebut, akibat aksinya itu perempuan itu terpaksa diamankan dengan diseret oleh petugas kepolisian dan Satpol PP. “Saya hanya ingin ketemu dengan Bupati, kenapa kalian halang halangi, apa karena saya pakai kaos tolak tambang,” teriak Nuraini.