Perjuangan Mahasiswa ITS Bikin Tugas Akhir 3 Ribu Halaman
SURABAYA-Muharom Gani Irwanda, Mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menuturkan perjuangannya menyelesaikan tugas akhir (TA) setebal 3.045 halaman melalui pembahasan metode konstruksi.
Gani mengaku tak menyangka TA yang dia kerjakan mencapai tiga ribu halaman. Pasalnya dia mengerjakan seluruh bagian TA di Microsoft Excel.
"Saya pikir hanya di kisaran seribu ternyata sampai tiga ribuan," kata pria kelahiran Bojonegoro di Surabaya, Kamis (18/07).
Jika biasanya ketebalan TA ada pada lampiran, Gani mengerjakan bab satu sampai tiga dari halaman 1 hingga 152.
Selanjutnya bab empat sampai delapan dari halaman 153 sampai 2.893. "Sisanya adalah lampiran dan cover," ujar mantan juara Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI) 2017 itu.
Gani menuturkan, untuk menyelesaikan bab empat hingga lampiran, tidak lebih dari satu bulan lantaran sedang mengikuti magang bersertifikat dari salah satu perusahaan BUMN dan ia baru benar-benar mengerjakan TA pada tujuh hari sebelum lebaran.
"Lalu setelah itu baru bisa mengerjakan lagi tanggal 29 Juni sampai 5 Juli lalu," ujarnya.
Selain itu, selama proses pengerjaan, dia terus memantau layar laptop selama 15 jam. Tak tanggung-tanggung, selama satu minggu sebelum sidang ia rela memangkas jam tidurnya menjadi dua jam per hari.
"Bahkan ibu saya sampai khawatir dan akhirnya ikut ke Surabaya untuk menemani selama proses pengerjaan tersebut, ibu benar-benar supporting system untuk saya," tuturnya.
Pengerjaan TA ini merupakan tantangan tersendiri baginya.
Gedung yang ia pakai untuk riset adalah Apartemen Denver di kawasan Citraland, Surabaya. Mahasiswa bimbingan Ir Sukobar MT ini awalnya ingin menyelesaikan TA untuk Gedung 37 lantai.
"Namun, dosen saya melarang, katanya saya akan kesulitan," ucapnya.
Akhirnya, ia pun mengerjakan 11 lantai yang masing-masing dirincikan hitungannya. Dengan begitu, terdapat 11 perhitungan volume, kapasitas produksi dan tenaga kerja, jumlah alat, durasi hingga estimasi harga yang berbeda.
"Saya merasa tertantang, karena tidak bisa mengerjakan 37 lantai, saya harus bisa mengerjakan 11 lantai dengan baik," ujarnya.
Gedung yang ia gunakan sendiri memang memiliki kesulitan di atas rata-rata karena berbentuk kotak di bagian bawah, lalu meninggi ke atas berbentuk huruf L.
Selain itu, setidaknya ada enam perbedaan konstruksi. Seperti dalam satu gedung saja ada perbedaan ukuran balok dan besi yang digunakan.
"Saya sudah meniatkan untuk melakukan yang terbaik di TA ini, semoga nantinya dapat berguna dan menjadi referensi untuk teman-teman yang ingin fokus pada metode konstruksi," tutupnya. (Ant)