Pesta Seks Tukar Pasangan di Surabaya Berawal dari Twitter
Surabaya - Eko, tersangka kasus pertukaran pasangan (swinger) tertarik melakukan swinger setelah mengikuti sebuah akun medsos twitter pelaku perdagangan manusia secara online.
"Awalnya melihat-lihat di akun twitter ada BO (booking order). Dia melihat ada pasutri (pasangan suami istri) lalu mengubah akun pribadinya jadi @pasutri94," kata Kasubdit Renakta IV Ditreskrimum, AKBP Festo Ari Permana di Mapolda Jatim, Surabaya, Rabu (10/10).
Setelah itu, Eko mengambil gambar-gambar porno dari internet dan twitter, kemudian mengunggahnya seolah-olah foto itu adalah asli miliknya. Dia juga memasang tarif berkisar Rp750 ribu hingga Rp1juta.
Eko kemudian menawarkan pada istrinya, DW, untuk selanjutnya memutuskan merima atau menolak tawaran tersebut setelah tarif disepakati.
Selain itu, sebelum bertemu untuk menggelar pesta seks, Eko mewajibkan pelanggannya mengirim foto, mulai dari foto wajah sampai foto alat vital.
"Setelah cocok, kemudian menentukan tempat pesta seks. Awalnya dia yang menentukan, tapi customer juga kadang minta di rumah mereka," jelas Festo.
Dia menduga salah satu faktor Eko melakukan swinger karena dia ini anak tunggal dan pengangguran yang kebutuhan sehari-harinya dicukupi orang tuanya sebagai pekerja serabutan.
"Untuk pelanggan syarat usianya 22-35 tahun. Latar belakangnya ada yang swasta, ada yang orang BUMN, wiraswasta. Juga harus suami istri yang sah. Mereka selalu pakai kondom," ujarnya.
Subdit IV Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah Jatim memeriksa kondisi psikologi dari Eko, tersangka kasus"swinger" yang melibatkan beberapa pasangan di Surabaya tersebut.
"Kami hari ini mendatangkan psikiater guna memeriksa psikologis tersangka sebab kasus seperti ini termasuk yang tidak biasa di Jatim," pungkasnya.