Petani Garam Probolinggo Diresahkan Isu Impor
Probolinggo-Buhar, seorang petani garam di Desa Pajurangan, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo mengukapkan petani setempat diresahan dengan isu impor garam.
"Saat harga garam murah di pasar lokal, para petani juga resah karena isu impor garam yang akan dilakukan pemerintah pada 2019 dengan alokasi sebanyak 2,7 ton, sehingga hal tersebut akan berdampak pada harga garam lokal," katanya, Selasa (29/01).
Isu impor garam, lanjut dia, membuat petani galau karena jika impor dilakukan, harga garam lokal akan anjlok, meskipun alasan pemerintah melakukan impor hanya untuk kebutuhan industri.
"Persoalannya terkadang garam impor itu juga masuk ke pasar konsumsi yang biasanya diisi oleh petani garam lokal dan di sisi lain kalau sudah ada impor, maka beberapa pabrik yang menjadi mitra petani tidak lagi menyerap garam lokal karena kualitas garam impor lebih baik," ujarnya.
Dia menambahkan, garam petani di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, saat ini dijual ke luar daerah karena harga garam di wilayah setempat masih stagnan di kisaran Rp1.000 hingga Rp1.200 per kilogram.
Murahnya harga garam tersebut, lanjut dia, karena persediaan garam lokal melimpah dan harganya anjlok hingga Rp1.000 per kilogram, namun sebagian petani memiliki jaringan dengan pedagang luar daerah dan menjualnya ke pasar yang harga jualnya cukup bagus.
"Untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi, para petani lokal menjual garamnya ke luar daerah yang menjadi kabupaten tetangga," terangnya.
Menurutnya, harga garam di pasar luar daerah lebih menggiurkan dibandingkan harga yang ditawarkan pedagang lokal di Kabupaten Probolinggo, sehingga petani menjual garam ke beberapa kabupaten/kota untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
"Harga garam di luar daerah bisa dua kali lipat dibandingkan harga lokal di Kabupaten Probolinggo karena saat ini harga jual di luar daerah paling murah Rp2.000 per kilogram," pungkasnya. (Ant)