Petani Harap Harga Gabah Wajar, Tak Perlu Tinggi
Jember-Ketua Forum Komunikasi Petani Jember, Jumantoro mengatakan pihaknya akan tetap mengawal pembelian gabah petani, agar harga gabah di lapangan tidak terlalu rendah karena petani hanya berharap gabah mereka dibeli dengan harga wajar dan tidak perlu harga tinggi (Mahal).
"Selama Bulog yang membeli baik lewat satgas maupun mitranya, maka kemungkinan harga akan aman karena minimal dibeli sesuai dengan HPP (harga pembelian pemerintah). Namun, kalau dilepas ke pasar bebas, tanpa campur tangan Bulog, maka harga gabah petani akan kembali berantakan dan petani merugi," kata Jumantoro di Jember, Senin (01/04).
Ia berharap pemerintah mengembalikan peran dan fungsi Bulog sebagai lembaga penyangga pangan nasional, sehingga pangan tidak dikuasai oleh pihak swasta dan pemerintah tidak melakukan impor pangan yang berlebihan karena dapat merugikan para petani.
"Jangan impor beras dan komoditas pangan lainnya, agar para petani semangat dalam melakukan budi daya tanam dan harga bisa menguntungkan, sehingga dapat menjadi rangsangan generasi muda untuk menjadi petani yang profesional," ujarnya.
Harga gabah di musim panen raya di Jember saat ini masih di bawah HPP yakni berkisar Rp3.000 hingga Rp3.300 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP), padahal HPP GKP sebesar Rp3.700 per kilogram.
Kendati demikian, sambung Jumantoro, harga pekan ini lebih baik dibandingkan pekan lalu sebesar Rp2.500 hingga Rp3.000 per kilogram, sehingga petani berharap harga gabah bisa terus meningkat lagi minimal sesuai HPP berdasarkan Inpres No.5 tahun 2015 yakni Rp3.700 per kilogram untuk GKP di tingkat petani, harga GKP di penggilingan sebesar Rp3.750 per kg dan harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan di Rp4.600 per kg.
"Sebenarnya HPP itu sudah tidak relevan lagi karena diterbitkan pada tahun 2015, sedangkan biaya produksi petani setiap tahun selalu mengalami kenaikan," pungkas petani asal Desa Candijati, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Jember itu. (Ant)