SekJen OPOP Jatim Berkomitmen Meningkatkan Kualitas
SekJen OPOP Jatim Berkomitmen Meningkatkan Jumlah dan Kualitas EKO-Tren OPOP
Sekretaris Jenderal OPOP Jatim Mochammad Ghofirin, berkomitmen untuk meningkatkan jumlah dan kualitas program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis pesantren (EKO-Tren) One Pesantren One Product (OPOP) pada 2025.
Pernyataan ini disampaikan saat dia dikonfirmasi pada Kamis (17/4), setelah diangkat kembali sebagai Sekjen OPOP oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dalam pengukuhan Tim Penguatan dan Pengembangan EKO-Tren OPOP untuk periode 2025-2030 yang berlangsung dalam Rapat Koordinasi Pengembangan OPOP 2025 di Surabaya.
"Yang jelas, di periode 2025-2030, kami berkomitmen untuk memperluas jumlah dan kualitas. Dalam lima tahun terakhir, Bu Khofifah dan Pak Emil menargetkan pemberdayaan seribu pondok pesantren lewat OPOP. Alhamdulillah, kami melebihi target dengan memberdayakan 1.210 pondok pesantren. Kami juga berencana untuk menambah seribu lagi di tahun 2025-2030," ungkap Sekjen OPOP Jatim yang akrab disapa Gus Ghofirin.
Target Pengembangan OPOP Jatim
Gus Ghofirin menjelaskan, jika jumlah pondok pesantren yang mendapatkan pembinaan diakumulasi, maka hingga akhir 2030 akan mencakup 2.210 pondok pesantren.
"Pemberdayaan ini akan terus berlanjut dan tidak terduga oleh waktu, melainkan akan berlangsung sampai produk, pasar, keuangan, sumber daya manusia, dan kelembagaan benar-benar memadai," jelas Gus Ghofirin.
Dia berharap, angka target tersebut dapat memperluas pemberdayaan ekonomi di sekitar pondok pesantren dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
Pembinaan OPOP dengan Metode Clustering
Untuk memotivasi para peserta OPOP agar lebih bersemangat dalam berwirausaha di lingkungan pesantren, Gus Ghofirin mengungkapkan rencananya untuk menerapkan metode clustering dalam pembinaan peserta OPOP.
"Lima aspek akan menjadi fokus, meningkatkan UMKM untuk naik kelas akan terus kami usahakan, dan jelas bahwa metode clustering akan kami terapkan," ujar Gus Ghofirin.
"Clustering ini melibatkan pondok pesantren dengan bisnis yang sudah pemula, pondok pesantren yang sedang berkembang, dan pondok pesantren dengan bisnis yang sudah maju," jelasnya.
Gus Ghofirin menambahkan, dengan menggunakan metode clustering, pemerintah dapat lebih mudah melakukan intervensi mengenai treatment atau pelatihan bagi peserta OPOP.
"Treatment yang berbeda akan diterapkan bagi setiap cluster, termasuk untuk pesantren yang berada di tingkat pemula, pesanan untuk yang berkembang, dan untuk yang sudah maju," tuturnya.
Ini merupakan langkah yang akan diterapkan bersama di masa mendatang, menurut Gus Ghofirin, dengan terus menjalankan sistem rembuk nyekrup, dan kolaborasi pentahelix yang meliputi akademisi, bisnis, pemerintah, komunitas, dan media untuk mengembangkan program EKO-Tren OPOP.
"Dengan kolaborasi yang solid, tim OPOP Jawa Timur yang telah dikukuhkan yang terdiri dari lima komponen pentahelix akan berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi pondok pesantren," tutup Gus Ghofirin.
Sumber: Pemprov Jawa Timur
Komentar