Solusi Mengatasi Kemacetan di Malang
Malang-Penyediaan sistem transportasi terintegrasi dan upaya penekanan jumlah penggunaan kendaraan pribadi bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurai kemacetan yang kerap kali terjadi di wilayah Malang Raya.
Wilayah Malang Raya bisa mengadopsi skema transportasi yang dikembangkan seperti di Jepang dan Singapura. "Bisa mengadopsi dari Jepang dan Singapura. Keduanya memiliki pola yang sama dengan Kota Malang," kata peneliti dan dosen pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang Imma Widyawati Agustin, di Kota Malang, Jumat (19/01).
Kesamaan pola yang dimiliki oleh Jepang dan Singapura dengan Kota Malang adalah "pola grid". Pola grid adalah, sistem pola jalan bersudut dan memberikan bentuk segi empat, di mana bagian-bagian kotanya dibagi sedemikian rupa menjadi blok-blok, empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel.
Imma menjelaskan, setidaknya ada dua sistem yang bisa diterapkan di wilayah Malang Raya, khususnya Kota Malang. Penerapan kedua sistem tersebut, harus memiliki infrastruktur yang memadai dan harus disiapkan oleh Pemerintah Kota Malang.
TOD dan TDM
Sistem pertama yang bisa diadopsi untuk menyelesaikan permasalahan kemacetan di Kota Malang adalah, penerapan transit oriented development (TOD), atau pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan memaksimalkan penggunaan angkutan massal.
Kemudian, penerapan transportation demand management (TDM), atau upaya penerapan kebijakan untuk memaksimalkan efisiensi sistem transportasi perkotaan melalui pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Para penglaju tersebut, nantinya bisa memanfaatkan moda transportasi yang terintegrasi.
"Jadi, solusi mengatasi kemacetan Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang sebenarnya adalah penerapan TDM dan TOD," ujar Imma.
Imma menambahkan, untuk menerapkan kebijakan tersebut, perlu adanya infrastruktur pendukung guna mengintegrasikan antarmoda, seperti moda transportasi umum, trotoar untuk pejalan kaki, dan jalur bersepeda. Selain itu, juga diperlukan fasilitas pelengkap lainnya seperti manajemen parkir.
Moda transportasi yang bisa diterapkan di wilayah Malang Raya adalah moda rel commuter, mass rapid transit (MRT) atau kereta api kota, termasuk kereta gantung yang difokuskan untuk mengakomodir tempat-tempat wisata yang ada di wilayah tersebut.
MRT bisa dijadikan moda penghubung ke bandara, sementara commuter bisa mengakomodir para penglaju dari daerah pinggir dan luar Kota Malang.
Namun, berbeda dengan Jakarta, untuk Kota Malang tidak bisa menerapkan moda transportasi bus rapid transit (BRT), atau yang biasa dikenal dengan busway. Selain itu, transportasi umum seperti angkutan perkotaan masih tetap bisa dipertahankan, dengan meningkatkan kinerja pelayanan dan operasional.
Sejauh ini, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang baru sebatas pemberlakuan rekayasa lalu lintas, manajemen kapasitas kendaraan, seperti pengaturan lampu lalu lintas, dan pelebaran jalan.
Upaya tersebut, seringkali tidak berjalan dengan baik, dikarenakan tingginya volume kendaraan yang melintas.