Virus Corona Pengaruhi Inflasi di Jawa Timur
SURABAYA-Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur menyebutkan penyebaran atau wabah virus corona mempengaruhi inflasi di wilayah setempat pada Februari 2020, yang tercatat sebesar 0,31 persen secara bulan ke bulan.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan di Surabaya, Senin (04/03), mengatakan pengaruh wabah corona terhadap inflasi terlihat pada kenaikan harga bawang putih yang menjadi komoditas dengan persentase kenaikan harga tertinggi di Jatim.
"Bulan lalu bawang putih melonjak 46,61 persen, ini karena pasokannya yang menjadi penyebab naiknya harga di pasaran, sebab Jatim masih impor bawang putih dari Tiongkok," katanya.
Selain bawang putih, kata dia, komoditas lain yang menyumbang inflasi antara lain cabai merah yang naik 28,32 persen serta buah buah melon yang naik 19,11 persen.
Disusul oleh semangka yang harganya naik 9,15 persen serta daging ayam ras yang naik 4,65 persen. Sementara harga emas yang sempat melonjak pada bulan lalu juga membuat harga perhiasan emas naik 2,73 persen.
Untuk penghitungan angka inflasi di delapan kota dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur selama Februari 2020, seluruh kota mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi, kata dia, terjadi di Jember yaitu mencapai 0,51 persen, kemudian Probolinggo sebesar 0,39 persen, Madiun dan Kediri sebesar 0,38 persen, Surabaya sebesar 0,32 persen, Malang sebesar 0,28 persen, Sumenep sebesar 0,16 persen, dan Banyuwangi sebesar 0,10 persen.
Sedangkan jika dibandingkan tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Februari) 2020 di 8 kota IHK Jawa Timur, sampai dengan Februari 2020, Kabupaten Sumenep merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 1,00 persen, sedangkan kota yang mengalami inflasi tahun kalender terendah adalah Banyuwangi yang mengalami inflasi sebesar 0,61 persen.
"Secara umum inflasi di Jatim masih terkendali, dan saya berharap wabah corona atau COVID-19 dapat segera diatasi agar tidak lagi semakin berdampak pada inflasi," katanya. (Ant)