Walhi Jatim Sebut Kedaulatan Pangan Terancam
JAKARTA-Walhi Jawa Timur menilai apresiasi Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa terhadap pertambangan emas yang dioperatori PT Bumi Suksesindo (BSI) akan menjadi pelecut dan jalan bagi korporasi ekstraktif lain di wilayah pesisir selatan.
"Transisi dari Soekarwo ke Khofifah tampaknya tak membawa angin segar bagi penyelamatan ruang hidup rakyat. Di tengah kecamuk konflik agraria dan ekologi yang semakin memuncak di Jawa Timur," demikian bunyi keterangan tertulis Walhi Jatim terpantau, Kamis (01/08)
Penyelamatan ruang hidup dinilai Walhi belum menjadi pijakan dasar dan menjadi paradigma pemerintahan.
Selain itu, Walhi Jawa Timur menyebut masifnya perubahan lahan produktif, berkurangnya hutan dan semakin tingginya konversi pekerjaan, mengancam kedaulatan pangan dan kesejahteraan rakyat.
"Dengan dilancarkannya agenda tersebut, maka akan muncul diskrepansi ekonomi, memperluas demarkasi ketimpangan hingga memunculkan labour division, dan ujung-ujungnya menciptakan reserve army of labour. Artinya pengangguran semakin tinggi, ketimpangan semakin jauh dan ruang hidup hancur lebur," lanjut Walhi Jatim.
Walhi Jatim menilai, hilangnya agenda politik pro lingkungan dan rakyat semakin meneguhkan jika ancaman terhadap keselamatan rakyat itu nyata.
"Kesejahteraan ala framing global dengan SDGs telah menjadi paradigma yang cukup paradoks," tulis Walhi Jatim.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur memberi penghargaan terhadap PT Bumi Suksesindo (BSI), operator tambang emas Gunung Tumpangpitu, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.
Penghargaan tersebut diserahkan tepat pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Jawa Timur di Probolinggo, Minggu (28/7/2019).