Canggih, Proses Belajar di Daerah Tertinggal Kini Didukung Teknologi
JAKARTA-Teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar kini tidak saja diterapkan di sekolah perkotaan, namun juga di daerah tertinggal.
Pemanfaatan teknologi bidang pendidikan di daerah tertinggal yang diinisiasi Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) tersebut menggandeng beberapa startup.
“Inovasi ini dilakukan bermitra dengan berbagai pihak. Program ini diharapkan bisa mempercepat program pemerintah yang terkait dengan kualitas pendidikan dan berkurangnya kematian ibu dan anak,” kata Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Priyono dalam keterangannya di Jakarta, belum lama ini.
Berbagai inovasi teknologi bidang pendidikan, lanjut Priyono, telah dan akan diujicoba di sejumlah daerah tertinggal dengan fokus pada pembelajaran dengan menggandeng tiga startup mitra, yakni: HaloHola, Quipper dan Genius.
Ketiga stratup itu, sambung Priyono, mengembangkan konten pembelajaran termasuk metode belajar. Misal, menyiapkan konten untuk peserta didik di daerah tertinggal agar nilai ujian lebih baik.
Selain memberikan device yang memungkinkan untuk disampaikan dalam bentuk offline, melalui inovasi ini guru dimungkinkan bisa melayani beberapa kelas, sekaligus bisa memecahkan persoalan kurangnya jumlah guru dan minimnya fasilitas pendidikan di daerah tertinggal.
"Uji coba dilakukan di 10 SMP negeri di Kabupaten Halmahera Barat, selanjutnya di Kabupaten Sambas. Seiring dengan itu, evaluasi terus dilakukan agar hasilnya sesuai harapan dan bisa diduplikasi daerah lain," jelasnya.
Priyono menambahkan, kemitraan juga dijalin dengan Universitas Terbuka untuk meningkatkan kompetensi tenaga pendidik PAUD di Kabupaten Solok melalui sertifikasi.
“Kenapa PAUD? Itu karena metode pendidikan mulainya dari PAUD. Secara teoritis pendidikan dini berpotensi meningkatkan angka partisipasi sekolah. Makanya yang digarap adalah pendidikan dasar. Benihnya dari sini,” tutur Priyono.
Inovasi bidang kesehatan
Tak hanya bidang pendidikan, inovasi teknologi yang diinsiasi Kemendes PDTT juga diterapkan dalam bidang kesehatan bersama Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI).
Program ini menyasar peningkatan kapasitas tenaga kerja bidang kesehatan melalui workshop, dengan maksud memberdayakan masyarakat daerah tertinggal dalam pencegahan stunting dan mengenalkan solusi kesehatan melalui Emo Demo atau Emotional Demonstration dan solusi berbasis teknologi telehealth melalui aplikasi SEHATI dan TeleCTG.
Emo Demo adalah inovasi strategi komunikasi perubahan perilaku yang menggunakan penggabungan Behaviour Communication Change (BCC) yaitu proses interaktif antara individu, kelompok atau masyarakat dalam mengembangkan strategi komunikasi untuk mencapai perubahan perilaku secara positif, dan Behaviour Communication Definition (BCD) yaitu proses komunikasi yang memanfaatkan secara langsung konstruksi psikologis individu dengan melibatkan perasaan, kebutuhan dan pemikiran ini merupakan salah satu metode yang sedang tersebar luas dan memperoleh perhatian.
Keberhasilan dan efektifitas penggunaan Emo Demo yang telah dibuktikan dari hasil evaluasi pelaksanaan di beberapa wilayah di Jawa Timur, mendorong kebutuhan pengenalan metode ini di bidang pendidikan gizi.
Inovasi teknologi bidang kesehatan ini juga menyediakan aplikasi Bidan Sehati dan alat kesehatan berbasis telemedicine, TeleCTG berfungsi untuk membantu mendeteksi faktor resiko ibu dan janin serta kesejahteraan janin yang semuanya terkoneksi dalam satu platform database guna penelusuran dan pengawasan perawatan kehamilan dan proses pengelolaan persalinan yang lebih baik.
Hal ini merupakan upaya untuk memperluas upaya promotif dan preventif melalui telemedicine dan pemberdayaan sumber daya manusia menggunakan teknologi.
Sementara untuk mencegah dan menanggulangi stunting, Kemendes PDTT bersama PT Danone dan Tim Dokter Ahli Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyediakan program pelatihan untuk tenaga kesehatan, kader dan pendamping desa, screening berjenjang dari tingkat desa, puskesmas sampai RSUD, intervensi gizi spesifik menggunakan makanan kaya protein hewani dan Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK) untuk anak stunting disertai gizi buruk.