Gerakan Cinta Tenun Ikat Dongkrak Ekonomi Daerah Tertinggal
JAKARTA-Sri Mega Darmi, istri Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo akan meluncurkan "Gerakan Cinta Tenun Ikat dan Festival Budaya" untuk mendukung kearifan lokal.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian pelatihan pewarna alami yang dikemas dalam live in designer yang sudah dilakukan di Desa Boti, Kecamatan Kei, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Sekitar 60 peserta penenun dan pemotif di seluruh Nusa Tenggara Timur dilatih untuk mengembangkan pewarna alami.
Kegiatan itu sejalan dengan yang dicanangkan Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertentu (PDTU) yang telah melaksanakan roadshow festival pranata adat dan budaya di Kabupaten Buru, Sumbawa, Parigi Moutong, Halmahera Barat, Ende, Situbondo, Seram Bagian Barat, Lombok Barat dan di daerah lainnya dalam rangka promosi perdamaian dalam keberagaman adat istiadat, budaya dan suku.
“Ditjen PDT dan Ditjen PDTU berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi NTT maupun Kabupaten TTS dalam rangka menyukseskan penyelenggaraan peluncuran Gerakan Cinta Tenun Ikat yang merupakan salah satu kearifan lokal dengan potensi luar biasa yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat jika menindaklanjuti secara bersama,” kata Direktur Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup (PSDLH) Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kemedes PDTT, Dwi Rudi Hartoyo kepada wartawan di Jakarta, Selasa (24/09).
Rudi menambahkan, pemanfaatan sumber daya alam berwawasan lingkungan penting untuk memastikan keberlanjutan ketersediaan sumber daya dengan mempertimbangkan kapasitas daya tampung dan daya dukung lingkungan setempat.
Menggeliatkan kembali pasar maupun produksi tenun tradisional NTT, lanjut Rudi, merupakan salah satu maksud dari kegiatan ini.
Tujuan utamanya, sambung Rudi, untuk mengangkat perekonomian masyarakat dengan memberdayakan sumber daya tenun maupun kerajinan yang sarat nilai budaya lokal, tanpa memberikan dampak penurunan kualitas lingkungan serta dapat menjaga kelestarian lingkungan eksisting daerah.
“Harapan kami lainnya, yaitu tercapai peningkatan kapasitas penenun, pemotif, maupun pebisnis produk tenun sehingga menjangkau pasar yang lebih luas dengan pemanfaatan teknologi digital di era industri 4.0,” tutur Rudi.
Berkerja Sama
Dalam kegiatan ini, Direktorat Jenderal Pembangunan DaerahTertinggal menggandeng dan bersinergi dengan Bank NTT, Dekranasda Provinsi NTT, desainer Merdi Sihombing, dan Tokopedia.
Bank NTT dalam hal ini mengambil peran sebagai salah satu venture capital yang dapat mendukung akses permodalan.
Sementara Dekranasda bisa melestarikan dan mengembangkan warisan budaya nusantara melalui pembinaan serta pengembangan seni kerajinan untuk mengangkat harkat martabat serta taraf hidup kesejahteraan para perajin Indonesia.
Desainer Merdi Sihombing turut dilibatkan dengan harapan bisa mentransfer ilmunya kepada masyarakat khususnya para penenun maupun pemotif tenun. Sedangkan Tokopedia diharapkan bisa mendukung penjualan secara digital produk tenun dari daerah tertinggal.
Kegiatan peningkatan nilai tambah kerajinan dengan pewarna alam merupakan serangkaian kegiatan di lima lokasi berbeda di kabupaten daerah tertinggal, termasuk kegiatan di Desa Boti, Kabupaten Timor Tengah Selatan yang merupakan kegiatan yang keempat.
Selain itu, Direktorat Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup juga telah menyelenggarakan di Desa Setanggor, Kabupaten Lombok Tengah, dan Desa Limboro, Kabupaten Donggal, Sulawesi Tengah, yang berfokus pada peningkatan nilai tambah tenun dengan pewarnaan alam.
“Sementara yang baru kami selenggarakan pada September ini di Desa Lahusa Fau, Kabupaten Nias Selatan, berfokus pada kerajinan kalabubu atau kerajinan tempurung kelapa sebagai aksesori tambahan pendukung mode ramah lingkungan (eco fashion). Lokasi terakhir penyelenggaraan kegiatan peningkatan nilai tambah pewarna alam direncanakan di Kabupaten Wamena, Provinsi Papua sesuai rancangan kegiatan Direktorat PSDLH untuk 2019,” tutup Rudi.