Jatim Replikasi Pencegahan 'Stunting' Pandeglang
SURABAYA-Sebagai anggota WHO (World Health Organization), Indonesia memiliki kepentingan mengurangi jumlah anak balita stunting (gagal tumbuh).
Badan Perserikatan Bangsan-Bangsa (PBB) bidang kesehatan itu menargetkan pengurangan jumlah anak balita stunting sebesar 3,9% pertahun dari 2010 hingga 2025. Sehingga jumlah balita stunting pada 2025 ditargetkan menyisakan 100 juta dari 171 juta pada 2010 atau berkurang sekitar 40%.
Aksi cegah stunting
Beberapa strategi telah dilakukan sejumlah instansi pemerintah, termasuk Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
“Selain sosialisasi, pembahasan mencakup membangun komitmen dari masing-masing kepala daerah dan dinas terkait, termasuk dalam pemanfaatan APBD dan Dana Desa secara efektif dalam penanganan stunting di masing-masing daerah,” kata Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal, Samsul Widodo saat membuka acara Sosialisasi Inovasi Intervensi Aksi Cegah Stunting di kantor Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Surabaya, Senin (30/7).
Samsul mengatakan, pencegahan stunting penting dilakukan untuk memperbaiki tumbuh kembang serta tingkat intelektual generasi penerus bangsa.
Kesempatan itu juga digunakan Kementerian Desa PDTT beserta jajaran pemerintah terkait dari berbagai kabupaten melakukan pembahasan Rencana Replikasi ‘Aksi Cegah Stunting’ di Provinsi Jawa Timur.
Hasilnya, metode pencegahan stunting yang dilakukan Ditjen PDT di daerah tertinggal, Kabupaten Pandeglang akan direplikasi di Jawa Timur.
Metode di Pandeglang dianggap berhasil menurunkan angka stunting sebesar 8,4% hanya dalam kurun waktu enam bulan, yaitu sejak Mei 2018 sampai Februari 2019.
“Hasil kerja sama dalam pilot project Aksi Cegah Stunting di Pandeglang menjadi bekal sangat penting untuk melakukan upaya pencegahan stunting secara nyata dan strategis di berbagai daerah prioritas lainnya. Menyusul Kabupaten Pandeglang, ada 19 kabupaten di Jawa Timur yang akan menjadi lokasi prioritas pelaksanaan replikasi program ini berikutnya,” ujar Samsul.
Diharapkan melalui cerita kesuksesan pencegahan stunting di Kabupaten Pandeglang, salah satu daerah tertinggal, kegiatan pencegahan stunting dapat digencarkan.
Pencegahan stunting salah satunya bisa dilakukan dengan adanya komitmen pemerintah daerah terkait penggunaan APBD dan Dana Desa yang difokuskan untuk pencegahan stunting.
Sementara itu, Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak menyampaikan pemerintah Provinsi Jawa Timur akan melakukan langkah konkret dengan mengumpulkan instansi terkait, dan menindaklanjutinya berdasarkan pengalaman di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang. Sehingga pencegahan dan penanganan stunting dapat cepat dan tepat sasaran di wilayah Jawa Timur.
“Orang tua juga harus memberikan atensi terkait stunting dan desa diberikan dorongan, serta penguatan Ditjen PDT diharapkan memberikan sinergi untuk program pencegahan stunting ini,” kata Emil pada kesempatan yang sama.
Provinsi besar
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi jawa Timur Vitria Dewi, menambahkan, Jawa Timur merupakan provinsi besar, dengan penduduk mencapai 40 juta jiwa, banyak kabupaten tidak terbebas dari stunting.
"Pemprov Jawa Timur sebenarnya telah melakukan pencegahan stunting. Di antaranya melakukan edukasi dengan pola kultur yang menarik, sehingga yang disampaikan kepada masyarakat bukan hanya sekedar teori tetapi juga dapat dilaksanakan dengan baik," ujarnya.
Hal itu penting dilakukan, sambung Dewi, karena stunting adalah penyakit permanen dan irreversible atau tidak bisa diperbaiki jika anak sudah melewati usia dua tahun.
“Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat malnutrisi kronik masih menjadi tantangan di Indonesia, termasuk di Jawa Timur, dimana prevalensi balita stunting masih berada di angka yang tinggi, yaitu 26,2%,” ujar Tim Dokter Spesialis Anak RSUPN Cipto Mangunkusumo yang dipimpin Damayanti R Sjarif yang ikut hadir pada acara tersebut.