Jokowi 'Banjir' Dukungan, Prabowo Terkesan Eksklusif
Jakarta-Dukungan untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf terus mengalir dari berbagai kalangan ketimbang rivalnya, pasangan Prabowo-Sandi yang justru dinilai semakin terkesan esklusif.
Hal itu disampaikan peneliti The Habibie Insititute, Bawono Kumoro.
Karena itulah, kata Bawono, banyak lembaga survei dan sejumlah media asing yang mengunggulkan pasangan 01.
“Sangat wajar apabila hasil survei menunjukkan Jokowi selaku petahana masih unggul cukup jauh dari Prabowo Subianto,” kata Bawono di Jakarta, Selasa (09/04).
Ini senada dengan laporan The Economist Intelligence Unit yang memprediksi Jokowi bakal menang di Pilpres 2019. Ada tiga faktor The Economist menjagokan Jokowi.
Pertama, Jokowi didukung oleh banyak partai politik dan legislator yang ada di baliknya.
Kedua, yang mendukung kemenangan Jokowi adalah bukti keberhasilannya dalam menjaga kondisi ekonomi makro serta peningkatan pada bidang kesehatan dan edukasi.
Jokowi juga dinilai berhasil mengubah secara gradual kondisi infrastruktur nasional.
Bawono menjelaskan, Jokowi selama lima tahun terakhir sudah melakukan banyak gebrakan luar biasa yang manfaatnya bisa dirasakan tak hanya oleh masyarakat di Pulau Jawa.
“Pembangunan infrastruktur yang dilakukan massif dan pesat dapat dirasakan oleh publik secara luas, bahkan oleh warga yang tinggal di luar pulau Jawa,” tegasnya.
Karena itu, menurut Bawono, wajar jika dukungan kepada Jokowi terus mengalir mulai dari kalangan professional, almunus kampus-kampus ternama, ormas, hingga komunitas warga negara Indonesia di luar negeri.
Dalam hal basis dukungan, kata dia, Jokowi-Ma’ruf juga didukung kelompok-kelompok yang lebih plural atau majemuk.
Berbeda dengan kubu penantang yang menurutnya semakin terkesan eksklusif.
“Pasangan Prabowo-Sandi seperti hendak menegaskan diri sebagai pemimpin bagi satu kelompok saja,” tegasnya.
Padahal, menurut Bawono, kesan eksklusivitas dukungan yang sangat terlihat di kubu 02 bisa menjadi boomerang di tengah tuduhan politik identitas yang sering disematkan kepada Prabowo-Sandi.
Bawono juga menkritisi survei Puskaptis yang justru memenangkan pasangan Prabowo-Sandi 47 persen dan Jokowi-Ma’ruf 45 persen.
“Kredibelitas lembaga survei ini sudah diketahui public, bahwa tahun 2014 lalu pernah terbukti melakukan quick count dengan hasil berkebalikan dari hasil real count KPU. Jadi penting juga mengetahui kredibilitas lembaga survei karena survei ini adalah persoalan ilmiah dan akademis sehingga kredibilitas sumber harus tidak boleh ada keraguan,” tutupnya.