"Ndeso" Kaesang Vs "Tampang Boyolali" Prabowo
Jakarta - Gaduh "tampang Boyolali" dalam pidato capres Prabowo Subianto menambah panasnya iklim politik yang terus ditanggapi berbagai pihak, tak terkecuali juru bicara Badan Pemenangan Prabowo-Sandi, Suhendra Ratu Prawiranegara.
Suhendra mengatakan, putra bungsu Presiden Joko Widodo Kaesang Pangarep sempat membuat heboh melalui vlognya berupa kritik atas topik yang menghangat di ruang publik dengan menyebut kata-kata "dasar ndeso."
Menurutnya, kata "ndeso" dalam Bahasa Jawa bermakna desa atau kampung, dan Kaesang tidak bermaksud mengecilkan desa ataupun kampung dalam vlognya itu.
"Bukan bermaksud mengejek orang-orang tertentu kampungan. Bukan bermaksud menganggap desa atau kampungan tidak baik. Kaesang hanya menyampaikan ekspresi pendapat dan pikirannya," ungkap juru bicara badan pemenangan Prabowo-Sandi Suhendra Ratu Prawiranegara kepada Jatimpos, Selasa (06/11).
Sementara itu, lanjut Suhendra, beberapa waktu lalu capres Prabowo Subianto mendapat sorotan soal "tampang Boyolali."
"Padahal Prabowo di hadapan penduduk Boyolali mengungkapkan makna tersembunyi ketimpangan atas modernitas dan sosial masyarakat," terangnya.
Prabowo, kata dia, menyebut bahwa hotel-hotel mewah di Jakarta kemungkinan akan meragukan apabila ada masyarakat bertampang Boyolali akan bisa menginap di hote-hotel mewah.
"Tentu Prabowo tidak bermaksud mengecilkan raut atau tampang orang-orang Boyolali," terangnya.
Suhendra menjelaskan ada makna yang tersirat atas ungkapan Prabowo itu. "Adalah bermakna ketimpangan sosial di negeri ini. Bahwa Pak Prabowo memiliki gaya bahasa retorika tersendiri yang berbeda dengan Kaesang Pangarep dan Pak Jokowi," jelasnya.
Menuru dia, baik Prabowo maupun Kaesang termasuk Presiden Jokowi pernah menggunakan istilah Ndeso, "Tentu tidak bermaksud mengecilkan makna atau pun meremehkan orang-orang desa atau kapung," tutupnya.