RI Ajukan Syarat Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel
Jakarta - Hubungan dipolomatik Pemerintah Republik Indonesia dengan Israel berpeluang terjadi dengan syarat perdamaian di Palestina sudah terwujud.
"Kita yang penting perdamaian dulu, kalau sudah damai antara Palestina dengan Israel, dan mereka mengakui antara salah satunya, ya tentu (hubungan diplomatik) bisa saja terjadi," kata Kalla, di Jakarta, Selasa (16/10).
Ia menegaskan, pemerintah Indonesia tetap dalam posisinya mendukung perdamaian di Palestina, sehingga harapan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dapat terwujud apabila kesepakatan perdamaian telah terjadi.
"Ya (saat ini) belum waktunya, (harus) diakui wilayah tahun 1967 itu. Tapi sebelum itu diakui, atau perdamaian, tidak mungkin kita buka hubungan diplomatik. Kalau sudah damai, ya pasti bisa," jelas Kalla.
Sebelumnya diberitakan media Israel, Netanyahu mengutarakan keinginannya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia sebagai negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
Netanyahu menyampaikan harapannya tersebut dalam KTT Media Kristen Internasional di Yerusalem.
Indonesia dan Israel memang tidak memiliki hubungan diplomatik secara resmi, namun kerja sama kedua negara terjalin di beberapa bidang, antara lain perdagangan dan pariwisata.
Netanyahu mengatakan ingin meningkatkan hubungan pariwisata dengan menerima kunjungan dari warga Indonesia beragama Islam, Kristen, dan Katolik di Yerusalem.
Yerusalem adalah kota penting dan bersejarah bagi agama Kristen, Yahudi, dan Islam. "Indonesia berpenduduk lebih dari 200 juta orang. Ada penduduk Muslim. Ada puluhan juta penduduk Kristen. Kami ingin menyambut mereka di sini (Yerusalem)," kata Netanyahu, seperti dikutip media online abc.net.au. (Ant)